Hanya dengan modal awal Rp 200 ribu, seorang perempuan asli Malang, Rahayuningtyasworo, berani mengambil langkah membuka usaha bernama Dapur Chantique, yang punya spesialisasi pie susu, hingga saat ini memiliki omzet ratusan juta rupiah.
Usaha pembuatan pie susu ini sudah berdiri selama empat tahun terakhir, atau pada 2017 tepatnya. Sebenarnya sama sekali tidak ada keiningan dari Rahayu untuk menjadikan usaha rumahannya menjadi perusahaan skala besar. Visi nya ketika pertama kali memutuskan punya usaha sendiri, adalah untuk bisa membuat produk buah tangan khas Malang yang berkualitas.
Sementara misi nya adalah bagaimana, dia bisa memberdayakan warga di sekitar rumahnya, serta mengurangi pengangguran usia produktif, hingga mampu menaikkkan taraf ekonomi warga sekitar.
“Dulu saya memulai dengan modal Rp 200 ribu waktu itu belum punya aset untuk produksi sehingga masih menggunakan aset dari rumah tangga. Alhamdulillah sampai saat ini omsetnya sudah mencapai Rp 175 juta per bulan, sampai sekarang saya sudah memiliki 17 karyawan dan memiliki rumah produksi sendiri,” kata Rahayu dalam Final Kreatif Lokal Award 2020, seperti dilansir dari Liputan6.com.
Sementara, sistem penggajian karyawan,ia membayar mereka mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta tiap bulan. Hingga sekarang, produknya sudah ada di tidak kurang dari 40 outlet mitra yang tersebar di wilayah Malang Raya serta Surabaya. Rencana berikutnya, Rahayu bermaksud memperluas pasar hingga ke Tulungagung dan Kediri.
Ke depannya, Rahayu bercita-cita untuk mendirikan kampun edu kreatif, dengan rumah produksi Dapur Chantique yang dapat dikunjungi langsung para wisatawan. Dengan mengandalkan proses produksi pie dan berbagai kerajinan khas Malang sebagai daya tariknya.
Terkait inovasi produk, Rahayu mengaku, setidaknya setiap tiga bulan sekali, Dapur Chantique selalu merilis varian pie baru. Inspirasinya, Rahayu acap mengunjungi berbagai toko oleh – oleh di berbagai daerah yang dia sedang kunjungi.
“Sebenarnya saya punya program untuk diri saya sendiri, bahwa setiap 3 bulan sekali mengeluarkan varian baru yang belum ada, salah satunya saya mencari celahnya saya selalu keliling ke seluruh toko oleh-oleh. Kalaupun ada yang lagi booming saya coba dan variasikan, contohnya pies susu pakai apel,” ujarnya.
Rahayu mengklaim pie susu apel buatannya adalah satu-satunya inovasi produk pie susu satu-satunya yang ada di Malang. Selain memproduksi pie susu, dirinya juga memproduksi brownies dengan varian apel.
“Jadi target kita per 3 bulan harus punya varian baru,” imbuhnya.
Soal pandemi Covid-19 Rahayu juga tidak menampik, bahwa bencana ini juga memberikan dampak kepada usaha nya. Di mana ia pun harus terpaksa untuk merumahkan sejumlah pegawai untuk sementara waktu.Namun saat memasuki bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri, maka ia kembali menarik para pekerja, untuk menggencarkan produksi kue kering dan dessert. Hal ini adalah bagian strategi agar bisnis nya tetap berjalan dan bertahan.
“Masa tersulit kami sehingga harus merumahkan karyawan akhirnya beberapa hari sempat down tapi saya nikmati jadi saya cari ide, produksi kue kering pada saat idul fitri, saat kami buat kue kering diterima, alhamdulillah terjual sehingga bisa melewati masa sulit,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, salah satu jurus bertahan di masa pandemi Dapur Chantique, karena mereka juga memiliki tim khusus untuk menghasilkan kemasan produk yang dapat menarik pelanggan. Serta dia tidak pernah luput melakukan promo produknya melalui berbagai media. Begitu pula dengan lini produksi, Rahayu tidak pernah mengurangi takaran. Serta berupaya tidak menaikkan harga.
“Sebenarnya kunci utama itu ada dikemasan, jadi saya punya tim desain kemasan khusus untuk menarik wisatawan, saya membuat pesaing produk saya sendiri daripada bersaing dengan produk lain, saya menciptakan produk sendiri. Varian rasa dari pie ada 18 varian, sudah tertera di kemasan,” pungkasnya