Kue Apem dan Megengan Tradisi Khas Sambut Puasa

Untuk masyarakat Jawa, menjelang bulan suci Ramadhan selalu menggelar selamat yang akrab disebut dengan megegngan. Pada tradisi ini, semua umat Muslim, atau masyarakat Jawa akan memasak, dan menyajikan di dalam wadah atau kotak.

Menu yang dimasak, biasanya berupa ayam, dengan aneka lauk, seperti mie, sayur dan lain – lain. Kemudian makanan tersebut ditaruh di dalam wadah, dan dibagi –bagikan ke para tetangga di sekitar rumah.

Ada juga yang hanya membawa satu atau dua kotak, kemudian dikumpulkan di masjid. Lantas, makanan tersebut disantap bersama dengan warga kampung. Sebelumnya digelar doa bersama agar diberi kelancaran menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Pada tradisi megengan tersebut, ada satu kue yang tidak boleh tertinggal dalam sajian. Yaitu kue apem. Kue dengan warna khas putih dari tepung beras, yang dicampur ragi dan santan tersebut menjadi kue wajib, dalam aneka upacara tradisi khas Jawa.

Seperti dilansir dari jawapos.com, pegiat budaya asal Malang, Isa Wahyudi menyampaikan bahwa tradisi megengan dan apeman ini memang hanya ada di Jawa.

 “Tradisi sambut Ramadan dengan megengan ini hanya ada di Jawa,” kata dia.

Megengan menurut pria yang akrab dikenal dengan nama Ki Demang itu, punya arti menahan dalam bahasa Jawa. Maknya, selama berpuasa, harus bisa menahan hawa nafsu amarah, bukan sekedar lapar dan dahaga.

Sementara itu, kue ‘wajib’ tradisi Jawa, apem memiliki makna maaf atau ampunan. Apem berasal dari bahasa Arab, afuwwun yang artinya ampunan. Kata ini kemudian berubah dialek menjadi apem.

“Makna simbolisnya, meminta maaf kepada tetangga,” kata Pemangku Kampung Budaya Polowijen (KBP), Malang itu.

Tradisi ini lanjut Ki Demang, sudah ada sejak tahun 1450-an. Yakni saat masa Sunan Kalijaga. Ketika itu ajaran Islam saling memaafkan diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Kemudian membaur melalui budaya setempat.

Saat itu Sunan Kalijaga mengajarkan kepada masyarakat, untuk membuat kue yang terbuat dari campuran beras ketan putih, santan, gula dan garam. “Setelah matang Kanjeng Sunan meminta semua warga berkumpul dan duduk bersama kemudian menjelaskan arti akan makanan tersebut,” imbuh dia.

Pada saat itu, lanjut dia, dalam budaya Jawa meminta maaf atas kesalahan kepada orang lain adalah hal yang berat. “Gengsi gitu lho, karena menyangkut harga diri. Apem salah satu simbol untuk meminta maaf,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Add to cart