Cao atau juga dikenal dengan nama cincau merupakan salah satu jajanan segar dan sehat yang digemari masyarakat, seperti juga di Kota Malang, khususnya di saat Bulan Ramadhan tiba.
Memiliki tekstur kenyal, lembut dan lumer ketika masuk ke mulut dan cocok ketika dicampur dengan es serta buah –buahan, sirup dan kental manis, membuat rasa cincau makin nikmat.
Seperti dilansir dari kumparan.com, di Malang sendiri ada industri rumahan cao yang melegenda, karena berdiri sejka 1986, dengan nama Mak Cao. Berlokasi di tengah kampung padat penduduk Kebalen Gg 1 Malang, setiap harinya Mak Cao menghasilkan tidak kurang dari 200 kaleng besar cao.
Khusus di bulan puasa, produksi Mak Cao meningkat drastis, karena tingginya permintaan.
“Kalau biasanya membuat 200 blek (kaleng) setiap harinya, puasa gini meningkat jadi 600 blek (kaleng),” kata Hariati, pemilik pabrik Mak Cao
Bersama dengan lima pegawainya Hariati memang selalu bekerja keras berusaha memenuhi permintaan dari pasar, dengan tetap berupaya mempertahankan rasa dan kualitas. Walau seramai apapun, rasa cao yang dihasilkan oleh Mak Cao tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.
“Kan biasanya kalau permintaan banyak rasanya berkurang, kalau kita tetap karena kita menjaga kepercayaan konsumen yang sudah lama,” imbuhnya.
Saat ini boleh dibilang cao dari Mak Cao sudah mendominasi pasar cincau di Malang Raya.
“Semua pasar tradisional yang besar di Malang Raya ini semuanya dari sini ngambilnya, Pasar Kebalen, Pasar Besar, Pasar blimbing, Pasar Bunul, pokoknya semuanya dari sini,” terangnya.
Pembuatan Cao ini perlu memakan waktu sekitar 6 jam dengan melalui beberapa proses. Satu kaleng Cao seberat 25 kilogram, dibandrol dengan harga Rp 30 ribu.
“Dari kami menjual dengan harga segitu, nanti dipasaran dijual lagi dengan harga berbeda, nanti ada yang mereka jual dengan diiris satu kotak harganya Rp 3.000 atau dijual per kaleng,” ucap Hariati.
Setiap bulan Ramadan seperti ini dia mampu meraup keuntungan puluhan juta.
Bahan pembuatan Cao tidak hanya didapatkan dari Malang. Sebagian didatangkan dari Ponorogo.
“Daunya ini dari Ponorogo belinya datangnya setiap 2 bulan sekali, tapi yang lainnya beli di Malang. Kalau daun Cao sulit kalau di Malang,” Paparnya.