Kolak Goblok, Hidangan Khas Poncokusumo yang Penuh Tradisi

Rasanya diantara kita semua tidak akan ada yang tidak setuju untuk menyebut Malang sebagai salah satu surga kuliner dan jajanan di Nusantara.

Berbagai sajian kuliner mulai dari tradisional hingga internasional, lengkap hadir di kawasan yang juga punya banyak tempat wisata ini.

Salah satu yang unik dan mungkin sulit dijumpai di tempat lain adalah hidangan asal Poncokusumo Kabupaten Malang ini. Namun kalau mendengar namanya tolong jangan marah dan terkejut dahulu ya. Karena sajjian yang satu ini bernama kolak Goblok atau kolak Kluntung.

Kolak Goblok adalah jajanan kuno yang merupakan turun temurun dari para leluhur. Walaupun namanya berkesan makian yang bikin pedas telinga, namun ternyata Goblok punya rasa manis yang legit. Kudapan ini biasa dibuat pada hari –hari tertentu, seperti 1 Suro da hari ke-7 Lebaran.

 “Sejak kecil saya tahu namanya ya kolak Kluntung atau kolak Goblok. Orang-orang tua kami menyebutnya begitu,” kata Choirul Anam, warga Desa Poncokusumo, seperti dilansir Jajan Malang dari Liputan6.com.

Bahan-bahan pembuatan Goblok cukup sederhana, antara lain, ada labu, parutan kelapa, serta gula merah. Cara membuatnya, pertama kulit labu dibersihkan dan dikupas bersih. Kemudian bagian atas labu dilubangi. Kemudian larutan kelapa dan gula merah dimasukkan jadi satu.  Terakhir dikukus hingga matang.

 “Itu resep warisan orang tua sejak dulu. Ini sebenarnya makanan istimewa di sini,” ucap Anam.

Bagi masyarakat di Desa Poncokusumo, Goblok ini menjadi hidangan pada hari istimewa. Selalu wajib disajikan dan dihidangkan di rumah ketika hari ketujuh Hari Raya Idul Fitri. Disantap bersama keluarga, atau kerabat yang datang untuk silaturahmi.

 “Biasanya dihidangkan di meja bersama ketupat segitiga saat lebaran ketupat,” tutur Choirul Anam yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Poncokusumo.

Tidak saja momen lebaran, namun di tahun baru Islam 1 Muharram atau 1 Suro dalam kalender Jawa, kolak yang juga disebut dengan Kluntung ini juga disajikan. Goblok sekaligus menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas hewan ternak yang mereka miliki.

Hewan ternak seperti sapi dan kerbau jadi simbol kekayaan pemiliknya alias rojo koyo. Sebuah kolak yang sudah dibuat, separuh di antaranya diberikan ke ternak mereka. Sedangkan sisanya dikonsumsi sendiri oleh pemiliknya.

Tradisi tersebut sudah mendarah daging bagi warga Poncokusumo. Untuk warga, berbagi dengan ternak menjadi ungkapan rasa syukur atas rezeki yang mereka nikmati dari Sang Pencipta. Jika Grebeg Suro, kolak dan hewan ternak akan dibawa ke lapangan desa bersama dengan aneka hidangan yang lain.

 “Itu sudah jadi tradisi istimewa di sini. Semua yang punya ternak pasti menerapkan tradisi itu,” ucap Anam.

Kalau sekarang Goblol tidak hanya muncul di hari –hari besar itu saja, namun juga disiapkan sebagai hidangan istimewa untuk menyambut tamu – tamu yang datang berwisata di Poncokusumo.

 “Kalau ada rombongan wisatawan dan sudah menghubungi kami lebih dulu, pasti disiapkan biar bisa menikmati hidangan khas desa kami,” ujar Anam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Add to cart